Berdzikir Kepada Allah SWT dalam 6 Situasi Ini Dianjukan

Berdzikir Kepada Allah SWT dalam 6 Situasi Ini Dianjukan
photo: pinterest

Naisha kali ini akan membahas tentang berdzikir kepada Allah SWT. Dengan berdzikir kita tentunya berarti tengah mendekatkan diri kepada Allah juga. Berikut ini akan Naisha sajukan beberapa rujukan yang membahas mengenai berdzikir kepada Allah SWT.

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ بُسْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ أَعْرَابِيًّا قَالَ لِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّ شَرَائِعَ الْإسْلَامِ قَدْ كَثُرَتْ عَلَيَّ ، فَأَنْبِئْنِيْ مِنْهَا بِشَيْءٍ أَتَشَبَّثُ بِهِ ؟ قَالَ : لاَ يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْبًا مِنْ ذِكْرِ اللهِ

Read More

Dari ‘Abdullâh bin Busr Radhiyallahu anhu berkata, “Seorang Badui datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berkata, ‘Wahai Rasûlullâh, sesungguhnya syariat-syariat Islam sudah banyak pada kami. Beritahukanlah kepada kami sesuatu yang kami bisa berpegang teguh kepadanya ?’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Hendaklah lidahmu senantiasa berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla”

Berdzikir Kepada Allah SWT; TAKHRIJ HADITS

Telah diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad-nya (IV/188, 190); at-Tirmidzi (no. 3375). Beliau berkata, “Hadits ini hasan gharib.”; Ibnu Majah (no. 3793) dan lafazh ini miliknya. Ibnu Abi Syaibah (X/89, no. 29944); Al-Baihaqi (III/371)

Hadits ini telah disahihkan oleh Ibnu Hibbân (no. 811-at-Ta’lîqâtul Hisân) dan al-Hâkim (I/495) dan disetujui oleh adz-Dzahabi. Dishahihkan juga oleh Syaikh al-Albâni dalam Shahîhul Jâmi’is Shaghîr (no. 7700), Shahîh al-Kalimut Thayyib (no. 3), dan Shahîhut Targhîb wat Tarhîb (no. 1491)

Berdzikir Kepada Allah SWT; SYARAH HADITS

Dari Ibnu Hibban[1] telah meriwayatkan hadits ini dalam shahihnya dari Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu anhu , ia berkata, “Aku bertanya kepada Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , ‘Amal apakah yang  paling dicintai oleh Allah SWT?’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Engkau mati dalam keadaan lidahmu basah karena berdzikir kepada Allah SWT.’”

Dapat Kita lihat bahwa Allah sangat mencintai hambanya yang senang berdzikir kepadanya.

Berdzikir Kepada Allah SWT dan Bertasbihlah

Berdzikir Kepada Allah SWT dalam 6 Situasi Ini Dianjukan
photo: pinterest

Allah SWT telah memerintahkan umat muslim untuk banyak berdzikir kepada-Nya dan Allah memuji orang-orang yang banyak berdzikir. Allah SWT berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا ﴿٤١﴾ وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Allah, dengan mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya, dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang.” [al-Ahzâb/33:41-42]

Allah SWT juga berfirman, yang artinya, “… Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allâh, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.“[al-Ahzâb/33:35]

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda :

سَبَقَ الْمُفَرِّدُوْنَ قَالُوْا: وَمَا الْمُفَرِّدُوْنَ  يَا رَسُوْلَ اللهِ ؟ قَالَ: اَلذَّاكِرُوْنَ اللهَ كَثِيْرًا وَالذَّاكِرَاتُ

“al-Mufarridûn telah mendahului.” Para sahabat berkata, “Siapa al-Mufarridûn wahai Rasûlullâh?” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kaum laki-laki dan perempuan yang banyak berdzikir kepada Allâh.”[2]

Dari hadits di atas, maka dapat Kita cermati bahwa al-mufarridun adalah orang yang terus-menerus berdzikir kepada Allah dan Allah sangat menyukainya. Mereka yang berdzikir kepada Allah SWT dengan Ikhlas dan juga mengikuti contoh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian hatinya senantiasa mengingat kepada Allah SWTdan batas-batas-Nya, maka dia tergolong pada orang bertaqwa. Sahabat ‘Abdullâh bin Mas’ud Radhiyallahu anhu telah menjelaskan makna taqwa ini pada saat beliau menafsirkan firman Allah SWT, yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kalian kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa kepada-Nya…” [ Ali ‘Imrân/3:102]

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda :

أَنْ يُطَاعَ فَلاَ يُعْصَى ، وَأَنْ يُذْكَرَ فَلاَ يُنْسَى ، وَأَنْ يُشْكَرَ فَلاَ يُكْفَرَ

Hendaklah Allah itu ditaati dan tidak dimaksiati, diingat dan tidak dilupakan, serta disyukuri dan tidak dikufuri.[3]

Berdzikir Kepada Allah SWT dalam Setiap Keadaan

Berdzikir Kepada Allah SWT dalam 6 Situasi Ini Dianjukan
photo: pinterest

Sebagai seorang muslim Kita harus selalu mengingat bahwa contoh dan panutan Kita adalah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau yang telah dijamin masuk surgapun senang berdzikir kepada Allah SWTdalam setiap keadaannya. Aisyah Radhiyallahu anhu berkata :

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَذْكُرُ اللهَ عَلَى كُلِّ أَحْيَانِهِ

“Adalah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu mengingat Allah dalam setiap keadaannya”.[4]

Salah seorang dari tujuh orang yang dinaungi Allah SWT dalam naungan-Nya pada kiamat adalah mereka yang berdzikir kepada Allah dengan kesungguhan hati bahkan sampai berlinang air mata.

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

… وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ …

“… Dan seorang laki-laki yang berdzikir kepada Allah di saat sendirian kemudian berlinanglah air matanya …”[5]

Hati orang-orang yang mencintai Allah SWT akan gelisah ketika tidak berdzikir. Oleh karenanya manusa yang mencintai Allah akan berdzikir dalam keadaan apapun.

Allah telah berfirman , “(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), ‘Ya Rabb kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia, Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari adzab neraka.’” [Ali ‘Imrân/3:191]

Berdzikir Kepada Allah SWT Ketika Sedang Beperang

Berdzikir Kepada Allah SWT dalam 6 Situasi Ini Dianjukan

Bahkan Allah SWT teklah memerintahkan umat muslim untuk berdzikir dalam jihad, berperang menghadapi musuh. Allah SWTberfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu bertemu pasukan (musuh), maka berteguh hatilah dan sebutlah (nama) Allah banyak-banyak (berzikir dan berdo’a) agar kamu beruntung.” [al-Anfâl/8:45].

Berdzikir Kepada Allah SWT Sesudah Menjalankan Shalat

Berdzikir Kepada Allah SWT dalam 6 Situasi Ini Dianjukan
photo: pinterest

Dalam ayat lainnya Allah SWT juga telah memerintahkan untuk berdzikir sesudah shalat :

فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمْ

Selanjutnya, apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah ketika kamu berdiri, pada waktu duduk dan ketika berbaring…” [an-Nisâ’/4:103]

Yang dimaksud shalat pada ayat ini merupakan shalat khauf (shalat pada saat takut). Oleh karena itu, Allah SWTberfirman :

فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ ۚ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا

 

…Kemudian, apabila kamu telah merasa aman, maka laksanakanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sungguh shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” [an-Nisâ/4:103]

Berdzikir Kepada Allah SWT Ketika Beribadah Haji dan Ketika dalam Majelis

Berdzikir Kepada Allah SWT dalam 6 Situasi Ini Dianjukan
photo: pinterest

Ketika tengah menjalankan ibadah haji Allah SWT juga memerintahkan Kita untuk berdzikir sebagaimana firmannya, “Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka berdzikirlah (dengan menyebut) Allâh, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berdzikirlah lebih banyak dari itu…” [al-Baqarah/2:200]

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan kita berdzikir kala dalam mejelis ataupun duduk,

مَنْ قَعَدَ مَقْعَدًا لَمْ يَذْكُرِ اللهَ فِيْهِ كَانَتْ عَلَيْهِ مِنَ اللهِ تِرَةٌ وَمَنِ اضْطَجَعَ مَضْجَعًا لاَ يَذْكُرُ الله فِيْهِ كَانَتْ عَلَيْهِ مِنَ اللهِ تِرَةٌ

“Barangsiapa duduk di suatu tempat, lalu tidak berdzikir kepada Allah di dalamnya, pastilah dia mendapatkan kerugian dari Allâh, dan  barangsiapa yang berbaring dalam suatu tempat lalu tidak berdzikir kepada Allâh, pastilah mendapatkan kerugian dari Allâh”.[6]

مَا جَلَسَ قَوْمٌ مَجْلِسًا لَمْ يَذْكُرُ اللهَ فِيْهِ ، وَلَمْ يُصَلُّوْا عَلَى نَبِيِّهِمْ إِلاَّ كَانَ عَلَيْهِمْ تِرَةً ، فَإِنْ شَاءَ عَذَّبَهُمْ وَإِنْ شَاءَ غَفَرَلَهُمْ.

“Apabila suatu kaum duduk di majelis, lantas tidak berdzikir kepada Allah dan tidak membaca shalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam , pastilah ia menjadi kekurangan dan penyesalan mereka. Maka jika Allah menghendaki, Dia akan menyiksa mereka dan jika menghendaki, Dia akan mengampuni mereka.”[7]

مَامِنْ قَوْمٍ يَقُوْمُوْنَ مِنْ مَجْلِسٍ لاَ يَذْكُرُوْنَ اللهَ فِيْهِ إِلاَّ قَامُوْا عَنْ مِثْلِ جِيْفَةِ حِمَارٍ وَكَانَ لَهُمْ حَسْرَةً

“Setiap kaum yang bangkit dari suatu majelis yang mereka tidak berdzikir kepada Allah di dalamnya, maka selesainya majelis itu seperrti bangkai keledai dan hal itu menjadi penyesalan mereka (di hari Kamat)”.[8]

Berdzikir Kepada Allah SWT Ketika Mencari Nafkah dan Di Pasar

Berdzikir Kepada Allah SWT dalam 6 Situasi Ini Dianjukan
photo: pinterest

Allah SWT juga memerintahkan berdzikir dengan dzikir ketika mencari nafkah dan sesudah shalat jum’at. Allah SWT berfirman, yang artinya, “Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung.” [al-Jumu’ah/62:10]

Pada ayat ini, Allah SWT menggabungkan antara usaha mencari karunia (mencari nafkah) dengan banyak dzikir kepada-Nya. Oleh karena itu, ada hadits tentang keutamaan dzikir di pasar-pasar dan tempat-tempat melalaikan seperti dalam sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ,

مَنْ دَخَلَ السُّوْقَ فَقَالَ : لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ ، لَهُ الْـمُلْكُ وَلَهُ الْـحَمْدُ يُحْيِـيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ حَيٌّ لاَ يَمُوْتُ بِيَدِهِ الْـخَيْرُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ، كَتَبَ اللهُ لَهُ أَلْفَ أَلْفِ حَسَنَةٍ ، وَمَحَا عَنْهُ أَلْفَ أَلْفِ سَيِّئَةٍ ، وَرَفَعَ لَهُ أَلْفَ أَلْفِ دَرَجَةٍ

“Barangsiapa memasuki pasar, sedang di dalamnya ada sesuatu yang diteriakkan dan diperjual-belikan kemudian berkata, ‘Tidak ada Ilah yang berhak disembah kecuali Allah saja yang tidak ada sekutu bagi-Nya, kerajaan dan pujian milik-Nya. Dia menghidupkan, mematikan, Mahahidup, dan tidak mati. Seluruh kebaikan ada di Tangan-Nya dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu,’ maka Allah menulis baginya satu juta kebaikan, menghapus satu juta kesalahan darinya, dan mengangkat satu juta derajat baginya”.[9]

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan seperti apa keutamaan yang besar dalam berdzikir di pasar, karena pasar adalah tempat yang banyak orang berbohong, menipu, sumpah palsu, dan maksiat-maksiat lainnya. Abu Ubaidah bin Abdullah bin Mas’ûd Radhiyallahu anhu berkata, “Selama hati seseorang berdzikir kepada Allâh, maka ia berada dalam shalat. Jika ia berada di pasar dia menggerakkan mulutnya, itu lebih baik.”[10]

Footnote

[1] Shahih: HR. Ibnu Hibbân (no. 815-at-Ta’lîqâtul Hisân).

[2] HR. Muslim (no. 2676).

[3] Atsar shahih: HR. ath-Thabrani dalam al-Mu’jamul Kabîr (no. 8502), al-Hâkim (II/294), Ibnu Jarîr dalam Tafsîr ath-Thabari (III/375-376), dan Ibnu Katsîr dalam Tafsîrnya (II/87).

[4] Shahih: HR. Muslim (no. 373), Abu Dâwud (no. 18), at-Tirmidzi (no. 3384), dan selainnya.

[5] Shahih: HR. al-Bukhâri (no. 660), Muslim (no. 1031), at-Tirmidzi (no. 2391), dan Ahmad (II/439).

[6] Shahih: HR. Abu Dâwud (no. 4856); Shahîh Abi Dâwud (III/920, no. 4065) dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu

[7] Shahih: HR. at-Tirmidzi (no. 3380), Ahmad (II/446, 453, 481) dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu . Lihat Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahîhah (no. 74).

[8] Shahih: HR. Abu Dâwud (no. 4855), Ahmad (II/389), al-Hâkim (I/492), dan lainnya. al-Hâkim berkata, “Bahwa hadits ini shahih menurut syarat Muslim dan disepakati oleh Imam adz-Dzahabi.” Lihat Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahîhah (no. 77) dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu .

[9] HR. Ahmad (I/47), at-Tirmidzi (no. 3428, 3429), Ibnu Mâjah (no. 2235), ad-Dârimi (II/293), al-Baghawi (no. 1338), ath-Thabrani dalam ad-Du’â (no. 792-793) dari Shahabat ‘Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu . Dishahihkan oleh al-Hâkim (I/538) dan disetujui oleh adz-Dzahabi. Hadits ini dihasankan oleh Syaikh al-Albâni dalam Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahîhah (no. 3139).

[10] Hilyatul Auliyâ’ (IV/227).

 

Related posts