Pada kesempatan kali ini Naisha masih akan membahas seputar Kisah-Kisah Para Nabi dan Rasul. Tentunya kita sudah pernah mendengar Kisah Nabi Ismail bersama Ibundanya Siti Hajar dan Ayahnya Ibrahim.
Kisah Nabi Ismail
Kisah kelahiran Nabi Ismail
Tentunya kita pernah mendengar kisah ini sebelumnya, bahwa Nabi Ibrahim dengan istrinya yang bernama Sarah, belum juga dikaruniai seorang anak setelah bertahun-tahun menikah. Nabi Ibrahim pun telah berusaha memanjatkan doa kepada Allah, agar dapat dikaruniai seorang anak yang saleh dan taat kepada-Nya. Hingga suatu ketika Sarah mengetahui bahwa suaminya menginginkan keturunan. Namun ia tidak dapat mewujudkannya karena dia telah dinyatakan mandul.
Kemudian, Sarah berinisiatif untuk mendekatkan Nabi Ibrahim dengam budaknya yang bernama Siti Hajar untuk menikah. Dengan harapan pernikahan tersebut bida dianugerahi keturunan. Kemudian sampai pada suatu ketika Sarah mengutarakan keinginannya tersebut kepada Ibrahim suaminya.
kemdian Sarah dan Ibrahim menanyakan langsung kepada Hajar, dan mereka semua telah sepakat. Singkat cerita, Nabi Ibrahim dan Hajar menikah, dan mengandung buah hati mereka. Kemudian, setelah mengandung selama 9 bulan, ia melahirkan seorang anak yang kemudian diberi nama Ismail. Dikatakan bahwa kelahiran Nabi Ismail ini adalah jawaban atas doanya selama ini.
Kisah Nabi Ismail dan Ibunya di Kota Makkah
Setelah Hajjar melahirkan Ismail, Allah kemudian memerintahkan Nabi Ibrahim untuk pergi membawa istri dan anaknya ke Makkah. Tidak berpikir lama, Nabi Ibrahim memenuhi perintah Allah untuk ke Makkah dan pergi melewati gurun dan berhenti di dekat tempat yang saat ini berdiri bangunan Ka’bah.
Selang beberapa saat, Nabi Ibrahim kembali ke Syam dan meninggalkan istri beserta anaknya. Hajar pun seketika memegang baju Ibrahim lalu bertanya apakah Ibrahim akan meninggalkan mereka di gurun yang tidak ada penghuninya ini. Hajar juga terus mengulangi pertanyaannya, namun Ibrahim tidak menjawab satu kata pun.
Bahkan Ibrahim tidak menoleh sedikit pun kepada Hajar. Hingga akhirnya Hajar menanyakan apakah semua ini perintah Allah, dan Ibrahim pun membenarkannya..” Dan Hajar pun bisa menerimanya dengan meyakini bahwa Allah tidak akan menerlantarkan mereka.
Kisah Nabi Ibrahim dan Hajar pun terus berlanjut. Setelah mendapatkan jawaban, Hajar segera kembali ke tempatnya semula bersama putra semata wayangnya Ismail, sedangkan Ibrahim kembali melanjutkan perjalanan menuju Syam. Dalam perjalanannya, Ibrahim kemudian berbalik menghadap Ka’bah dan mengangkat kedua tangannya lalu memanjatkan doa.
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS Ibrahim : 37)
Di sisi lain, Hajar kembali menemani Ismail dan mulai menyusuinya. Selama beberapa hari Hajar bertahan hidup dengan bekal yang dibwanya. Namun suatu hari persediaan mereka habis. Mereka berduapun kemudian kehausan. Hajar memandangi Ismail dengan rasa kasihan. Karena tidak tahan, Hajar kemudian pergi mencoba untuk mencari bantuan.
Setelah berjalan sekian lama, sampailah Hajar di bukit Shafa, sebuah gunung yang tidak jauh dari keberadaannya semula bersama Ismail. Hajar berdiri di bukit itu dan menghadap ke lembah untuk mencari apakah ada orang lain yang bisa membantunya. Namun, ia tidak melihat siapapun di lembah tersebut. Kemudian Hajarmemutuskan untuk berjalan lagi hingga sampai di bukit Marwah. Dia mencoba berdiri dan mencari pertolongan, namun tetap tidak menemuukan apapun. Bahkan Hajar melakukan penjalanan dari Shafa ke Marwah sampai memutar 7 kali.
Saat Ia berada di puncah Marwah, ia kemudian mendengar sesuatu berseru kepadanya. Kemudian ia berusaha untuk mendengarkan suara tersebut dengan seksama. Dan suara itu akhirnya muncul lagi, “Engkau telah memperdengarkan suaramu jika engkau bermaksud memberikan bantuan.”
Ternyata suara itu datang dari malaikat Jibril yang berada di dekat sumber air zam-zam. Kemudian Malaikat Jibril mengambil air dengan sayapnya hingga mengucurkan airr. Akhirnya Hajar dapat minum dan kembali dapat menyusui Ismail.
Kemudian malaikat Jibril berkata agar Hajar tidak takut diterlantarkan, karena ia sedang berada di rumah Allah SWT.
Kedatangan Suku Jurhum
Kisah Nabi Ismail dan ibunya masih terus bergulir. Hingga suatu ketika datanglah sekelompok Suku Jurhum yang datang dari bukit Kadaa’. Dari bagian bawah Makkah, mereka melihat sekelompok burung yang mengitari suatu wilayah. Mereka berharap, burung tersebut mengitari sumber air. Lalu mereka mengirimkan dua orang memastikan apa yang sedang diitari oleh burung tersebut, dan benar ternyata burung-burung tersebut mengitari sumber air. Lalu dua orang dari suku Jurhum itu kembali ke kelompoknya dan menyampaikan kabar tersebut.
Merekapun melanjutkan perjalanan menuju sumber air tersebut. Saat itu, Hajar sedang duduk di dekat sumber air, lalu salah satu dari suku Jurhum meminta izin untuk bergabung dengan Hajar. Namun, Hajar mengatakan mereka tidak berhak atas sumber air tersebut.
Hajar punsaat itu merasa senang dengan keberadaan keluarga Jurhum. Merekapun hidup berdampingan dengan rukun. Bahkan kecil Ismail mulai belajar bahasa Arab juga dari keluarga Jurhum. Ismail pun tumbuh menjadi anak yang pintar dan berakhlak mulia ssebagimana yang telah diajarkan oleh Ibunnya. Waktu terus berjalan hingga akhirnya Ismail tumbuh dewasa. Tibalah saat Ismail bertemu dengan Ayahnya, Nabi Ibrahim.
Mimpi Nabi Ibrahim
Kisah Nabi Ismail yang sudah dewasa bersama Ibunya, kemudian bertemu dengan sang ayah dan melepas rindu. Merekapun akhirnya bisa menjalani hari dengan penuh cinta dan kebahagiaan. Lalu tiba suatu ketika Nabi Ibrahim bermimpi bahwa ia menyembelih putranya, Ismail. Setelah ia bangun, ia menyadari bahwa ini merupakan petunjuk dari Allah SWT.
Kemudian, Ibrahim suatu hari mendatangi anaknya seraya berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ismail menjawab, “Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS As Shaafaat : 102)
Ketika itu Nabi Ibrahim pun kemudian memutuskan untuk membawa Ismail ke Mina. Sesampainya di Mina, Ibrahim mengikatkan kain atas muka anaknya agar ia tidak dapat melihat raut wajah anaknya, yang bisa saja membuatnya bersedih. Keduanya pun menyerahkan segalanya kepada Allah SWT. Setelah itu, Ibrahim kemudian mendengar seruan Allah, “Wahai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.”(QS. Ash Shaafffat: 104-106)
Setelah itu, kemudian malaikat Jibril membawa kambing besar dan meletakkannya sebagai pengganti Ismail yang akan disembelih. Dari peristiwa inilah yang kemudian Allah menjadikan perintah berqurban untuk umat muslim.