Kisah Nabi Hud dan Kaum ‘Aad yang Diabadikan dalam Al-Quran

Kisah Nabi Hud dan Kaum 'Aad yang Diabadikan dalam Al-Quran

Sudah tahukah Naisha mate pada tahun berapa Nabi Hud hidup? Nabi Hud hidup sekitar 2320-2450 sebelum Masehi. Beliau merupakan putra dari  Abdullah bin Ribah bin Syam bin Nuh. Beliau merupakan salah satu keturunan suku ‘Aad. Letak geografis suku ‘Aad adalah berada di utara Hadramaut antara Yaman dan Oman. Kisah Nabi Hud

Kisah Nabi Hud

Allah SWT berfirman Dalam Al-Quran : “Dan ingatlah (Hud) saudara kaum ‘Aad, yaitu ketika dia memberi peringatan kepada kaumnya di Al-Ahqaaf ” (QS Al-Ahqaaf ayat 21).

Perlu Naisha mate ketahui bahwa suku ‘Aad adalah suku tertua sesudah Nabi Nuh. Suku ‘Aad ini tidak mengenal Allah SWT sebagai Pencipta alam semesta ini. Mereka membuat patung-patung yang kemudian diberi nama Shamud dan Alhattar dan disembah dan dianggap sebagai Tuhan mereka. Menurut kepercayaan, patung-patung tersebut dapat memberikan kebahagiaan, kebaikan dan keuntungan serta dapat menolak kejahatan, kerugian dan segala musibah yang mungkin akan terjadi saat itu. Kisah Nabi Hud

Setelah Allah menurunkan air bah kepada kaum-kaum kafir zaman Nabi Nuh, orang-orang yang beriman diselamatkan dari peristiwa tersebut.

Usai peristiwa banjir dahsyat terebut, kaum nabi Nuh yang mukmin kemudain melahirkan anak keturunannya dan cucu-cucu mereka sebagai keturunan mereka. Setelah lahir, anak cucu mereka kemudian hidup berpencar-pencarr di seluruh pelosok yang berjauhan.

Mereka berjauhan dan kemudian terbentuk lah menjadi suku, kaum, dan bangsa. Masing-masing golongan, suku, dan bangsa berkembang menurut adat kebiasaan atau tradisi masing-masing golongan tersebut.

Kisah hidup Nabi Hud ini berkaitan erat dengan azab yang menimpa kaum A’ad akibat kedurhakaan mereka kepada Allah SWT. Disebutkan bahwa Nabi Hud AS merupakan cucu dari Nabi Nuh AS atau keturunan dari Sam bin Nuh yang berasal dari suku ‘Ad. Suku ini hidup di jazirah Arab, di tempat yang bernama Al-Ahqaf letaknya berada di utara Hadramaut, antara Yaman dan Oman.

Seperti yang telah diceritakan sebelumnya bahwa  kaum ‘Ad merupakan salah satu suku tertua sesudah kaum Nabi Nuh AS. Kaum ‘Ad juga tidak mengenal Allah SWT sebagai Tuhannya, seperti kaum Nabi Nuh AS. Mereka juga telah disebutkan membuat patung-patung yang diberi nama Shamud dan Alhattar serta disembah sebagai tuhan mereka.

Kaum ‘Ad ini sebenarnya hidup dengan sangat makmur. Mereka memiliki peradaban yang tinggi dan unggul dalam bidang pertanian karena air yang melimpah jika dibandingkan dengan suku lainnhya. Mereka juga memiliki banyak harta dan binatang ternak yang banyak. Tempat mereka bermukim juga menjadi ladang yang subur dan hijau, penuh dengan kebun-kebun yang indah dan mata air sehingga mereka tidak kekurangan.

Usaha keras yang dilakukan Nabi Hud AS dalam berdakwah dan mengajak umatnya, kaum ‘Ad, untuk kembali ke jalan yang benar diabadikan Allah SWT dalam Al-Quran surah Hud ayat 50-52. Dalam ayat tersebut Allah SWT berfirman, “Dan kepada kaum ‘Ad (Kami utus) saudara mereka, Hud. Dia berkata, ‘Wahai kaum-ku! Sembahlah Allah, tidak ada tuhan bagimu selain Dia. (Selama ini) Kamu hanyalah mengada-ada’.” (QS Hud [11]:50).

Usaha keras yang dilakukan oleh Nabi Hud AS dalam berdakwah juga diabadikan oleh Allah SWT dalam surat Asy-Syu’ara ayat 128-135. Allah SWT berfirman, “Apakah kamu mendirikan istana-istana pada setiap tanah yang tinggi untuk kemegahan tanpa ditempati? Dan kamu membuat benteng-benteng dengan harapan kamu hidup kekal? Dan apabila kamu menyiksa maka kamu lakukan secara kejam dan bengis. Maka bertakwalah kepada Alah dan taatlah kepadaku.” (QS Asy Syu’ara [26]: 128-135)

Dalam Tafsierul Quranil Adziem karya Ibnu Katsir, sebagaimana dikutip dari Sholahuddin Hamid dalam bukunya, Kisah-Kisah Islami, disebutkan bahwa kaum ‘Ad benar-benar tidak mau beriman. Mereka tidak mau berhenti berbuat durhaka dan jahat serta berbuat seenaknya apapun yang mereka kehendaki. Sifat takabur kaum ‘Ad sudah demikian hebatnya sehingga tidak dapat diubah oleh siapa pun termasuk Nabi Nuh AS.

Saking hebatnya sifat ingkar mereka kepada Allah SWT , Allah kemudian memberikan laknat berupa langit dan awan yang hitam pekat. Melihat keadaan yang begitu ganjil, mereka semua keluar rumah dan kemudian melihat awan itu. Akhirnya mereka kemudian berkata, “Itulah awan panjang, menandakan sebentar lagi hujan akan turun untuk menyiram tanah tanaman kita, memberi minum kepada binatang-binatang ternak kita.”

Nabi Hud AS kemudian berkata kepada mereka, “Itu bukan awan rahmat, tetapi awan yang membawa angin samun yang akan menewaskan kamu semua, angin yang penuh dengan siksa yang sepedih-pedihnya.”

Kemudian, angin dahsyat tersebut benar-benar berembus luar biasa hebatnya. Binatang ternak mereka yang sedang berkeliaran di padang terbang berhamburan dan tidak karuan. Yang kecil dan yang besar terbang meninggi ke angkasa terombang-ambing oleh angin.

Allah SWT kemudian mengabadikan kisah azab terhadap kaum ‘Ad dalam Al-Quran surah al-Haqqah ayat 6-8. Allah SWT Berfirman, “Sedangkan kaum ‘Ad, mereka telah dibinasakan dengan angin topan yang sangat dingin.  Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam delapan hari terus-menerus; maka kamu melihat kaum ‘Ad pada waktu itu mati bergelimpangan, seperti batang-batang pohon kurma yang telah kosong (lapuk). Maka adakah kamu melihat seorang pun yang masih tersisa di antara mereka?” (QS al-Haqqah [69]: 6-8).

dan perlu kita ketahui bahwa Nabi Hud AS dan pengikut-pengikutnya tetap saja di rumah mereka tanpa merasakan sedikit pun bahaya angin ribut yang dahsyat itu. Setelah peristiwa itu terjadi, Nabi Hud AS kemudian berpindah dari negeri kaum ‘Ad karena sudah rusak binasa. Nabi Hud AS dan pengikutnya kemudian berpindah ke daerah Hadramaut dan tinggal di sana hingga wafat.

 

Baca juga: Kisah Nabi Yakub dan Anak-Anaknya yang Diabadikan dalam Al-Quran

Related posts