Menyikapi Masa Lalu

Menyikapi Masa Lalu

Masa lalu hal yang pasti, hal yang pasti tak dapat kau ulangi. Biarkan saja, duduklah di tempat, bernapas dengan bijak, setelah itu kau harus yakin mampu menopang segenap beban di bahumu dengan kekuatan pikiran. Tak ada yang mutlak selain kekuatan pikiran sendiri yang terus berusaha menguatkan.

            Setiap manusia yang pernah hidup sejatinya punya masa lalu, tak perlu takut sendiri memiliki masa lalu yang kau pikir bak air payau, kau perlu ingat bahwa ada yang lebih keruh dibanding air payau, yaitu air payau yang sudah dicampur lumpur lalu berusaha diaduk dengan sebuah batang kayu.

             Memiliki masa lalu adalah hal yang wajar, yang tidak jika terlalu dipikirkan hingga mengganggu jalannya hidup yang semestinya, disfungsi namanya. Jangan sekali-sekali kau paksakan untuk mengingat. Sudah, sudah cukup. Kau sudah cukup hebat untuk berhenti mengingat. Seperti angin lalu, yang pernah kau rasakan sejuknya embusan itu.

            Berjalan ke depan, menikmati dunia dengan sudut pandang bagian depan akan terasa lebih indah, kau bisa melihat ke atas, semesta tak henti-hentinya membubuhkan gemerlip bintang kala Malam, dan awan berkoloni membentuk benda yang ada dipikiranmu di kala Siang datang, cukup indah bukan?

            Kau juga bisa melihat ke bawah, semesta lagi-lagi membubuhkan tanah yang kokoh untuk dipijak setiap saat kau melangkah, si tanah kokoh yang setia menjadi alas sepatumu, si tanah kokoh yang tak henti-hentinya ikut mendoakan langkahmu, cukup membuat bersyukur bukan? kalau kau mau lagi tengoklah ke kanan atau ke kiri, tengok manusia-manusia yang selalu mengguratkan senyuman indahnya, dan selalu mengulurkan tangan untuk sekadar menggenggam tanganmu demi memenuhi ruang kosong yang ada di sela-sela jemari tanganmu, betapa beruntungnya menjadi kau bukan? kalau hendak melihat kebelakang, silakan, jangan terlalu lama nanti lehermu sakit.

            Menyikapi masa lalu memang beragam caranya, itu artinya jika kau tak bisa satu masih banyak cara lainnya. Wajar bila terlalu berusaha timbul rasa lelah, gundah yang bersemayam kadang menjadi jawaban utama dikala lelah datang.

            Tunggu, jangan dulu berhenti, tetaplah duduk sejenak dan bernapas.

             Izinkan napasmu menyentuh hatimu, lalu pikiranmu, bahwa semua memiliki cara untuk berhasil menyikapi masalah.

            Cara yang paling mudah, berpikir positif, selalu. “Apa yang kita pikirkan, apa yang akan terjadi.” Mulai sekarang, berpikir positif harus menjadi kudapan lezat setiap hari. Masa lalu yang seperti air payau, bahkan seperti air payau yang sudah di aduk dengan lumpur di dasar danau sekali pun, jika pikiran positif yang tertanam maka indah yang akan dinikmati. Cara yang tak terlalu sulit, tapi kau pasti mampu asal kau mau berusaha.

            Tak usah repot-repot membagi masa lalu kepada ribuan orang dengan layar gawai yang kau miliki, hal itu malah akan membuat masa lalu semakin sulit untuk ditaklukkan, menyikapi masa lalu biarlah menjadi urusanmu dengan Tuhan, tak ada yang boleh tahu, tak semua manusia di luar sana mau benar-benar memberikanmu peduli, sebagian besar hanya ingin tahu, tidak ingin membantu singgah ditempat yang baru.

            Biarkan masa lalu yang berupa-rupa warnanya itu menjadi bagian dari hidup yang akan memberikan kau pijakan untuk menuju titik yang bernama kedewasaan.

             Kita perlu masa lalu yang beragam untuk menjadi dewasa, karena sejatinya dewasa itu adalah ketika kau terus belajar banyak hal dari kehidupan lalu yang sudah kau lewati, dengan apapun rasanya, dan dengan bagaimanapun kau menjalaninya, masa lalu tetaplah menjadi pijakan awal yang akan membuat kau se-dewasa sekarang.

Related posts